Kepada Angin yang Berhembus, yang Ku Tiupkan untuk Merayakan Sukacita
Ia bersenandika, arkian merasa bahwa ada sesuatu yang hirap dari dirinya; atma nya hampa.
Ditiupnya lilin bertuliskan sembilan-belas.
Ia merapal, meminta agar saban hari yang akan ia hadapi tak lagi membuatnya bertanya,
“kapan hari ini akan usai? Sampai kapan? Dimana ujungnya? “
Ia bersumarah, setelah rapalannya usai.